Makassar Buserterkini.com
ANALISA – Efek Jokowi membuat partai Gerindra secara Nasional mengeser posisi pemenang Pemilu 2 kali PDIP. Dengan pengaruh efek tersebut membuat Capres Prabowo-Gibran berada dipuncak klasemen liga Capres 2024, jauh meninggalkan lawannya dalam konteks kacamata survei.
Efek Jokowi ini terus bergelinding mempengaruhi seluruh simpul-simpul kuat rakyat sampai pada tingkat desa di seluruh Indonesia.
Tak ingin kehilangan momentum, maka mesin partai, tim relawan pendukung memanfaatkan kesempatan untuk bangkit bersama sama dengan caleg prioritas partai pendukung Prabowo Gibran bergerak massif menguasai seluruh dapil pada basis wilayah tertentu.
Untuk di Sulawesi Selatan, partai pengusung Prabowo-Gibran sudah membuat lawan panik. Mereka semakin massif bergerak dengan kekuatan logistik serta menghindari perdebatan apalagi black campaian.
Misalnya, dapil 1 DPR RI nama “incumben” masih terlalu kuat untuk dikalahkan. Nama Dr. H.Azikin Solthan, M.Si (Mantan Bupati Bantaeng 2 periode) masih teratas. Menyusul dari caleg Golkar, PAN, DEMOKRAT, PDIP, PPP, NASDEM, PKS. PKB.
Nama Ibunda Lies Nurdin Abdullah belum terlalu ramai dibicarakan di “warungkopi”, tapi diprediksi Golkar berpotensi meloloskan 2 orang kadernya ke Senayan.
“Ya kita doakan saja semoga Ir. Hj. Liestiaty Fachruddin, M.Fish, Istri Mantan Gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah dapat mengikuti jejak bapaknya Prof. Dr. Fachruddin, mantan Rektor Unhas bisa lolos ke Senayan”.
Selain efek Jokowi, ada faktor lain yang membuat Prabowo Gibran semakin sulit terkalahkan yaitu, masifnya pergerakan mesin partai dan solidnya tim & relawan Gerindra yang terus bergerak dengan kekuatan logistik yang memadai sehingga simpatik rakyat kepada Prabowo Subianto terus semakin menguat melupakan hasil debat capres itu.
Efek Jokowi itu dapat dicermati berdasarkan hasil survei dimana tingkat kepuasaan publik atas kinerja Jokowi, sekitar 76% menyatakan sangat puas. Faktor itulah menjadi modal utama sehingga Prabowo Gibran menjadi magnet yang sulit dikalahkan di Pilpres 2024.
Sementara pendukung ANIES lebih banyak membuat keributan dengan perdebatan2 yang tiada ujungnya, baik di media sosial maupun group whatshaff.
Banyak faktor relawan pendukung Anies kurang massif bergerak dengan inovasi program, selain karena musim hujan, para pendukung kesulitan menafsirkan makna “Perubahan” kepada masyarakat, dan tidak siapnya logistik yang memadai, sehingga mereka hanya berkumpul dalam satu group whatshaff, membuat keributan dan perdebatan sendiri dengan cara share vidio Prabowo Gibran, share stiker dan berita yang menyudutkan Ca pres Lain.
Pendukung Anies juga kesulitan mempromosikan caleg-caleg pilihannya mengingat banyaknya caleg sementara kouta kursi yang tersedia sangat sedikit.
Belum lagi banyak relawan caleg pendukung Anies hanya mengandalkan cerita angin berlalu memohon bantuan suara gratis tanpa disertai logistik.
Mereka tidak mengerti bahwa bila kita masuk wilayah pertarungan atau pertempuran, maka harus siap SDM, siap peralatan, siap Mental, siap Fisik dan siap Amunisi.
Mengapa harus siap dalam segala hal?, karena wilayah pertempuran politik dalam merebut kursi kekuasaan tidak berlaku “Hukum Gratis”. “Ada uang ikut politik, tak ada uang jangan main politik”.
OMBINTANG; Pelopor Berdirinya Forum Diskusi Aliansi Mahasiswa Mencermati Issu-Issu Strategis Tanpa Bentuk Anak Kampung Masuk Kota
( Arifuddin sikki )